Berita Asmawira

Reading

Resiliensi Masyarakat Sebagai Wujud Ketahanan Ekonomi Periodesasi Pagebluk

Table of Contents

Resiliensi Masyarakat Sebagai Wujud Ketahanan Ekonomi Periodesasi Pagebluk.

Oleh : Muhammad Baqo

Konstelasi global era epidemi covid-19 telah menciptakan periodesasi yang agaknya berlangsung lama, dan terkesan tak bisa diprediksi akhir dari sebuah masa epidemi tersebut. Kalangan masyarakat Indonesia menyebut epidemi (Pandemi) dengan sebutan Pagebluk. Masa pagebluk yang terjadi tanggal 2 maret 2020, mencetuskan  berbagai komponen-komponen baru dalam konseptual kehidupan masyarakat, terutama dalam hal ekonomi yang paling erat kaitannya secara kondisi.

Daya tahan masyarakat dalam menghadapi masa pagebluk, menciptakan resiliensi sebagai pola agar tetap bisa bersaing dalam kondisi sulit apapun. Perekonomian Indonesia yang nampak lesu benar-benar menjadi dampak utama yang dirasakan masyarakat. Walaupun sebenarnya sebulan sebelum pagebluk, Indonesia pada tanggal 10 Februari dinyatakan oleh WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) sebagai negara maju, atau mencoret Indonesia dari daftar negara berkembang. Predikat tersebut langsung kandas secara singkat, mengingat awal pagebluk tanggal 2 Maret menyebabkan perdagangan di segala sektor terhambat. Seperti beberapa sektor yaitu pasar modal, yang dimana IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) secara berkala dari awal pandemi mengalami koreksi, kemudian sektor perdagangan Internasional atau kongsi dagang dunia mulai dihentikan akibat lockdown tiap-tiap negara. Masyarakatlah yang menjadi sasaran utama kemerosotan ekonomi.

Periodesasi pagebluk telah mencapai babak baru, yaitu satu tahun berselang. Dimana segala aspek mega proyek hingga lini terkecil seperti UMKM mengalami dampak yang sudah cukup kritis serta serius. Segala dana mega proyek dipangkas untuk hal-hal yang berkaitan dengan urgensi masyarakat, dan lini terkecil seperti UMKM harus memutar otak serta bertahan dengan mengandalkan bantuan maupun beberapa kemudahan yang menjadi adaptasi kebiasaan baru. Maka sebagai masyarakat, kita harus menumbuhkan resiliensi pada diri kita sendiri maupun sesama, agar terjadinya kekuatan bertahan di masa sulit. Lazarus (1993, dalam Tugade dan Fredricson, 2004) mendefinisikan resiliensi sebagai koping efektif dan adaptasi positif terhadap kesulitan dan tekanan. Sementara menurut Richardson (2002), resiliensi adalah proses koping terhadap stressor, kesulitan, perubahan, maupun tantangan yang dipengaruhi oleh faktor protektif.

Baca Juga :  Lingkungan SMAN 1 Wiradesa, Saat Ini

Resiliensi yang tinggi akan berdampak positif terhadap daya tahan dan keberlangsungan ekonomi masyarakat di Indonesia, serta mengurangi angka stres akibat pagebluk berkepanjangan. Tuntutan transformatif juga merupakan resiliensi guna penyesuaian adaptasi kebiasaan baru agar tercipta ketahanan ekonomi masyarakat. Seperti yang dilakukan Bank Indonesia dengan mengutak-atik suku bunga agar tidak memberatkan kredit masyarakat, serta menciptakan sistem pembayaran digital berupa QRIS (QR code Indonesian Standart). Semua kemudahan berusaha disajikan agar membentuk ketahanan masyarakat dalam masa sulit di era pagebluk. Resiliensi yang sudah terbentuk atau muncul dalam diri seseorang dan akan alangkah lebih baiknya menularkan semangat daya tahan tersebut kepada sesamanya, melalui sosialisasi, maupun pola komunikatif yang interaktif.

Penyaringan terhadap informasi juga salah satu yang harus diperhatikan, agar resiliensi masyarakat yang terdampak secara ekonomi ini tidak tergoyah atau naik turun. Informasi harus dikemas secara rapih dengan mengedepankan aspek karakteristik masyarakat Indonesia yang cenderung mudah terpengaruh oleh kabar yang belum teruji. Seperti kabar akan terjadi resesi berkepanjangan, krisis moneter, pelemahan rupiah secara berkala, dan lain sebagainya seharusnya disajikan secara data yang rapih dan melakukan filterisasi informasi, agar menghindari ketakuatan masyarakat dalam segi psikologi ekonomi. Hal itu juga harus difilter untuk menghindari mewabahnya infodemi, yang menjamur dan bisa menjadi serangan atau potensi Hoax.

Penyusunan desain manajemen ekonomi yang efektif agar resiliensi masyarakat Indonesia benar-benar terbentuk sempurna menurut saya sebagai berikut : (1) Berikan segala kemudahan akses pendidikan teknologi digitalisasi untuk menunjang perekonomian masyarakat dan membentuk resiliensi, (2) Bentuk jejaring ekonomi dengan konsep sama-sama menguntungkan atau Apple to Apple, (3) Jangan terlalu sering mengutak-atik regulasi yang berpotensi merugikan sebagian atau lebih masyarakat, (4) Meletakkan kepentingan tatanan sistem kebiasaan baru masyarakat di atas kepentingan privatisasi.

Baca Juga :  Petungkriyono, Pesona Menawan Dibalik Hutan Lindung

Dengan 4 indikator tersebut, jika dijalankan secara sinergi maka pemulihan keadaan ekonomi serta psikologis masyarakatpun akan cepat selesai. Catatannya semua harus senantiasa proaktif dan reaktif terhadap keadaan yang terjadi. Mengimplementasikan technopreanership secara nyata, hingga mendongkrak glokalisasi juga harus dilakukan dalam situasi penciptaan resiliensi yang fleksibel.

Literatur :

Boediono. 2016. Ekonomi Indonesia dalam lintas sejarah. Cetakan V, Penerbit Mizan Pustaka. Bandung.

Wiwin Hendriani. 2018. Resiliensi psikologis : sebuah pengantar. Prenadamedia group. Jakarta.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Admin Situs Asmawira Siap Membantu Anda Kapan Saja, Jangan Sungkan Untuk Menghubungi Kami!
Scroll to Top